Sejarah Pecinta alam Indonesia

 Hallo Sobat Rimba!! Minseuk kembali lagi nih dengan membawa materi untuk kita sharing kan kali ini mengenai Sejarah Pecinta Alam di Indonesia. Sebelumnya cek semangat dulu yaaa,

Salam Rimba!!! Lestari Lestari Lestari!!!

Oke Minseuk mulai yaa, karna kemarin kita sudah bercerita mengenai Sejarah Pecinta Alam dunia kini saatnya kta bercerita tentang sejarah di negara kita sendiri nih sobat rimba, seperti biasa jika ada kekeliruan dari minseuk silahkan berikan masukan saran di kolom komentar yaa sobat rimba.

Awal mula dari terbentuknya “Perkumpulan Petjinta Alam” di prakarsai oleh Awibowo yang berdiri pada 18 Oktober tahun 1953 di Yogyakarta. PPA merupakan perkumpulan hobby yang diartikan sebagai suatu kegemaran positif secara suci, terlepas dari “sifat maniak” yang semata – mata melepaskan nafsunya dalam corak negatif. Tujuan mereka adalah memperluas serta mempertinggi rasa cinta terhadap alam seisinya dalam kalangan anggotanya dan masyarakat umumnya.

Pada tahun 1960 Awibowo adalah pendiri satu perkumpulan pecinta alam pertama di tanah air mengusulkan istilah pencinta alam karena cinta lebih dalam maknanya daripada gemar/suka yang mengandung makna eksploitasi belaka, tapi cinta mengandung makna mengandung. Hayo hayo sobat rimba disini apakah sudah mencerminkan sikap cinta atau suka nih terhadap alam??? Yaps bisa dijawab sendiri dengan tindakan yaa sobat rimbaaa, Minseuk lanjutkan lagi ceritanya yaaa

Nah kemudian istilah Pecinta alam dipopulerkan oleh para mahasiswa di Universitas Indonesia. Mapala UI pada tahun 1964 Para tokohnya seperti Soe Hoek Gie, Herman lantang, Aristides katopo, dll. Setelah itu, terutama di era 1980-an perkembangan kelompok pecinta alam berkembang pesat di seluruh tanah air sampai sekarang. Mari kita kenalan bersama mereka sobat rimba.

 


Soe Hok Gie adalah seorang aktivis Indonesia Tionghoa yang lahir di Jakarta, tanggal 17 Desember 1942 dan meninggal di Gunung Semeru tanggal 16 Desember 1969 (waah satu hari sebelum hari ulangtahunnya ternyata sobat rimba) Nah penyebab Soe Hok Gie meninggal menurut dari beberapa referensi yang Minseuk baca ternyata disebabkan karena Soe Hok Gie menghirup gas beracun di kawasan puncak Gunung Semeru (3.676 mdpl). Soe Hok Gie meninggal beberapa jam sebelum Soe Hok Gie berusia genap 27 tahun. Kemudian sebelum Soe Hok Gie meninggal dunia, beliau merupakan Mahasiswa Universitas Indonesia dan menggeluti dunia pendidikan di fakultas sastra jurusan sejarah tahun 1962 - 1969

Herman Lantang adalah seorang mahasiswa Universitas Indonesia yang mengambil jurusan Antropologi di Fakultas Sastra dan juga pernah menjadi ketua senat di Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada tahun 60an. Beliau juga pernah menjadi ketua dari MAPALA UI pada tahun 1972 – 1974.  Herman lantang merupakan pemuda kelahiran Sulawesi Utara tepatnya di Tomohon pada tanggal 2 Juli 1940 dan beliau meninggal dunia pada hari senin, 22 maret 2021 karena hipertensi atau darah tinggi di Rumah Sakit Umum Daerah Tanggerang Selatan.

 


Artides Katopo lahir di Tamahan, Sulawesi Utara pada tanggal 14 Maret 1938 dan meninggal pada 29 September 2019. Tides dekat dengan Soe Hok Gie pada era 1996 dan pernah menjadi anggota tim pendakian mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia. Selain dengan Soe Hok Gie, ia juga mendaki gunung dengan Herman Lantang dan Rudy Badlii. 

Jura seorang anak Artides Katopo yang tidak hanya sebagai penggiat alam namun juga bekerja sebagai wartawan menginformasikan berita meninggal dunia ayahnya dengan memberikan informasi bahwa ia tidak mengetahui penyebab ayahnya meninggal, namun sebelumnya Tides mengeluh sakit pada tulang kering kaki bagian kiri dan juga membenarkan atas jantungnya yang sudah melemah dan bisa dibilang beberapa tahun terakhir Tides mengalami gagal jantung kanan.

Seminggu sebelum Tides meninggal saat Minseuk membaca dari beberapa referensi Tides mengikuti kegiatan napak tilas di Gunung Semeru untuk mengenang 50 tahun meninggalnya Soe Hok Gie. Tides berpesan kepada anaknya saat Tides meninggal ia menginginkan abunya ditebar dibeberapa tempat, dengan begitu keluarga mengabulkannya dengan abu tulang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta, kemudian di Teluk Jakarta, dan kemudian ditabur di Lembah Mandalawangi 100 meter dari puncak Gunung Pangrango dengan diantarkan oleh keluarga dan sahabat pecinta alam. 

Pada awal tahun 1960-an kegiatan yang berorientasi pada pelestarian alam ini mendapat pengaruh yang cukup besar dari kegiatan kepanduan (Scouting). Pandu yang kini dikenal dengan istilah Pramuka berkembang pesat sejak tahun 1940-an dan memang jenis kegiatan yang sering dilakukannya antara lain adalah kegiatan berolahraga, rekreasi, petualangan, membaca jejak dan keterampilan lainnya.

Nah dengan jasa Awibowo, Soe Hok Gie, Herman Lantang, Artides Katopo dan sobat sobatnya yang lain Pecinta Alam juga ada sejarah dari pandu yang kita kenal sebagai pramuka. Tanpa kita sadari memang kegiatan pecinta alam dan pramuka ada sedikit kesamaan mungkin ada sangkut pautnya yaa ketika kita belajar sejarah :D

Selesai sudah cerita Sejarah Pecinta Alam di Indonesia yang bisa Minseuk sampaikan, dan masih banyak sekali tokoh – tokoh sejarah Pecinta Alam lainnya yang tidak bisa Minseuk ceritakan, Semoga mereka yang sudah meninggal tuhan berikan tempat terbaik di sisi-Nya dan yang masih hidup beserta kita sebagai penerus penggiat alam semoga bisa menjaga alam khususnya di Indonesia ini menjadi lebih baik dan tidak banyak dicemari oleh tangan – tangan manusia seperti sekarang ini.

Baik sobat rimba mungkin sekian yang bisa Minseuk ceritakan, seperti biasa mari kita sharing dan saling meluruskan jika Minseuk ada kekeliruan dalam bercerita. Yu tulis di kolom komentar yaa sobat rimba. Terima kasih, semoga bermanfaat. 

Salam Rimba!!! Lestari Lestari Lestari!!!


Referensi

Wikepedia.id


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang PASEUK

Faktor Pendukung Aktivitas Pecinta Alam